Makna dari hidup yang kita jalani saat ini tergantung dari bagaimana kita mempersepsikan hidup itu tersebut. Sebagai
contoh banyak persepsi yang bisa dibangun tentang sebuah laptop. Bagi
seseorang mungkin laptop berguna untuk mengerjakan karya tulis. Bagi
orang yang lain laptop adalah alat yang mempermudah dalam mengakses
dunia maya. Ada pula yang
beranggapan jika laptop merupakan alat yang bisa digunakan untuk bermain
game. Dan masih banyak ragam lainnya persepsi mengenai sebuah laptop,
tapi bisa dikatakan pula bahwa persepsi terhadap suatu laptop itu pula
yang kemudian kelak membentuk sikap seseorang terhadap laptop miliknya.
Meskipun
hidup jauh lebih kompleks dari sebuah laptop, tetapi intisari dari apa
yang disampaikan di atas adalah persepsi kita tentang hidup akan
mempengaruhi bentuk sikap kita terhadap hidup yang kita punya. Ketika
kita memiliki persepsi yang benar tentang hidup, maka kita pun akan
memiliki sikap yang benar terhadap hidup. Dan sebaliknya, ketika kita
memiliki persepsi yang tidak benar tentang hidup, maka kita pasti akan
memiliki sikap yang salah terhadap hidup.
Di
dalam Surat Filipi 3:1-15, Rasul Paulus menyatakan beberapa persepsi
yang benar tentang hidup. Yang pertama adalah hidup yang sejati terletak
pada kekayaan batin, dan tidak semata-mata mengedepankan hal-hal yang
lahiriah. Seringkali orang hanya berfokus pada sesuatu yang bersifat
lahiriah. Tubuh yang atletis, betis yang ramping, kulit yang putih,
rambut yang hitam legam, kekayaan dan harta yang melimpah, mobil yang
mewah, pakaian yang bermerk, sepatu yang mahal, perhiasan yang
berkilauan, gadget elektronik yang terbaru, dan pelbagai hal lahiriah
lainnya. Tidak salah memiliki tubuh yang atletis tetapi esensinya bukan
pada tubuh yang tegap dan perut yang six-pack, melainkan tubuh yang sehat dan bugar. Tidak salah pula memakai pakaian yang bermerk, tetapi yang utama sebenarnya bukan pakaian bermerknya tetapi kerapihan, kebersihan, dan kesopanan kita dalam berbusana.
Sejatinya
hidup kita harus difokuskan pada hal-hal yang non-lahiriah. Kekayaan
kita seharusnya bukan terlihat secara mencolok di luar, tetapi harus
terlihat elok di kedalaman hati. Kebanggaan kita sebagai manusia
tidaklah mesti diperlihatkan pada mahalnya parfum, perhiasan, busana,
dan aksesoris yang kita kenakan, tetapi tampak secara apik dari pikiran
yang cerdas, karakter yang penuh kerendahan hati, tutur kata yang
senantiasa membangun orang lain. Dan semua itu bisa terjadi ketika kita
memiliki pemahaman yang benar siapa kita sesungguhnya di tengah
kehidupan ini.
Kita
adalah mahakaryaNya. Buatan tanganNya yang unik dan tiada duanya.
Sebuah adibusana yang diciptakan hanya satu kali dan dikenakan pada
waktu yang tepat menurut rencanaNya. Itulah kita. Insan yang dikasihi
TUHAN pencipta semesta alam. Kita adalah pribadi yang luar biasa
dikarenakan tanganNya menaungi kita dan menyertai semua yang kita
kerjakan. Ia tidak lagi jauh di surga sana, tetapi begitu dekat dengan
kita, yaitu di dalam hati sanubari kita, sehingga apa yang lakukan bukan
lagi karena kita takut akan azab tetapi karena kita ingin menyenangkan
Dia yang ada di hati kita. Pada akhirnya kesenanganNya saja yang menjadi
utama, dan bukan lagi kesenangan kita. Jatidiri kita menjadi utuh
karena kita komplit di dalam diriNya. Kita aman karena kita dicintaiNya
setiap saat secara apa adanya.
Yang
kedua menurut Rasul Paulus, hidup adalah laksana pertandingan lari yang
harus dijalani sampai selesai. Perlombaan lari mungkin merupakan salah
satu cabang olahraga yang paling tua dalam peradaban manusia. Dan dalam
zaman Paulus, perlombaan lari merupakan cabang olahraga yang popular
kala itu. Menarik jika kita menilik alasan mengapa perlombaan lari
merupakan analogi yang tepat untuk sebuah arti kehidupan.
Pada
masa itu, setiap pelari haruslah telanjang bulat ataupun hanya
mengenakan cawat sebagai penyangga alat vital ketika mereka berlari. Ini
dikarenakan pakaian rupanya menghambat gerak dan kecepatan dari si
pelari. Sehingga dengan tubuh yang nyaris polos, mereka bisa melesat
secepat-cepatnya menuju garis finish. Jika hidup adalah pertandingan
lari, maka setiap kita harus melepaskan semua penghambat yang melekat
dalam hidup kita. Tentu yang dimaksud dengan penghambat bukanlah
pasangan hidup ataupun anak-anak kita, tetapi sesuatu yang ada di dalam
diri kita yang kiranya dapat menghambat kecepatan lari kita. Yang
dimaksud adalah karakter antagonis yang ada bersemayam dalam diri kita
sejak lama, dengan atau tanpa kita sadari. Inilah sisi gelap diri kita,
dimana hanya TUHAN dan kita sendiri yang tahu, yang harus kita
tanggalkan secara keseluruhan sehingga kita bisa berlari cepat.
Mengenali
diri sendiri, kelebihan dan kekurangan, merupakan langkal awal yang
harus kita lakukan agar kita bisa bertahan dalam perlombaan hidup ini.
Karisma mungkin bisa membawa kita cepat naik ke permukaan, tapi karakter
yang mulialah yang memampukan kita tetap bertahan di permukaan.
Karakter yang mulia ini hanya bisa dibentuk dari sesuatu yang bersifat
lebih mulia. Dan tak ada yang lebih mulia dari perintah-perintahNya yang
ada dalam Kitab Suci. Selain itu, karakter mulia pun bisa terbentuk
dengan baik dikarenakan kita berinteraksi secara sehat dengan sesama
manusia yang juga sedang belajar untuk menjadi mulia.
Seorang
pelari juga harus memiliki fokus dan konsentrasi yang kuat untuk
memenangkan pertandingan. Tidak boleh ada sesuatu pun yang ada dalam
pikiran pelari selain pertandingannya, garis finish di depan, dan hadiah
kemenangan yang dijanjikan. Pada masa itu, hadiah kemenangan berupa mahkota
dedaunan, seperti daun zaitun liar sebagai pengganti medali.
Kadang-kadang sang juara pun diarak masuk kota melalui sebuah lubang
yang dibuat khusus pada tembok kota. Mereka dielu-elukan di jalan kota
dan disambut pembacaan puisi. Penghargaan lain kepada olahragawan
berprestasi berupa pembebasan dari pajak dan berbagai santapan gratis.
Beberapa kota juga memberikan bonus uang dalam jumlah besar. Bahkan di
kota kediaman pemenang didirikan patung mereka, dan itulah hadiah paling
abadi milik sang juara.
Rupanya
perlombaan hidup ini hanya akan dimenangkan oleh mereka yang memiliki
fokus dalam hidup ini. Ketika seorang pelari mengalami distraksi ketika
ia bertanding, maka kemungkinan besar ia akan tersingkir dari perlombaan
dan mengalami kekalahan. Seorang pemenang adalah ia yang fokus pada
semua kekuatan yang ia miliki.
Setiap
kita memiliki potensi ilahi yang unik dan tidak dimiliki oleh orang
lain. Pengalaman hidup kita pun juga unik. Dan lintasan hidup tempat
kita berlari pun unik. Semuanya dirancang TUHAN hanya untuk kita.
Sehingga dengan kemampuan kita yang unik, pengalaman hidup yang unik,
dan wadah untuk kita berkarya yang juga unik, menjadikan kita seseorang
yang seharusnya sudah pasti menang. Hanya yang jarang dimiliki oleh
orang adalah kemampuan untuk tetap fokus pada perlombaan hidup yang
diwajibkan kepadanya. Ketika ia memfokuskan seluruh kekuatannya, maka
perlombaan tersebut akan dimenangkannya. Semua yang ia impikan akan
didapatkannya.
Hidup
ini seyogyanya tidak berorientasi pada hal-hal lahiriah tetapi pada
hal-hal batiniah. Keelokan seorang manusia tidaklah ditentukan dari
penampilan luarnya, melainkan dari kekayaan batin dan hatinya. Ketika
RAJA Semesta Alam bertahta secara menyeluruh dalam hidup kita, maka kita
akan mengelola hidup kita dengan seelok mungkin untuk kesenanganNya.
Hidup yang kita jalani adalah wadah ungkapan syukur kita kepada rahmat
dan karuniaNya yang begitu luas terbentang dan dalam tak terkira. Hidup
ini adalah tentang DIA semakin besar dalam kehidupan kita yang singkat
ini.
Hidup
ini juga tak ubahnya sebuah perlombaan lari dimana kita adalah
pelarinya. Untuk bisa menjalani perlombaan dan memenangkannya, maka
setiap kita harus selalu menyadari setiap kekurangan kita sebagai
manusia. Kita tidak sempurna dan tidak akan pernah menjadi sempurna
sampai kecuali Yang Maha Sempurna menyempurnakan kita. Mengizinkan kita
dikoreksi oleh perintah-perintahNya dan juga membiarkan orang lain
menjadi guru kehidupan kita, akan membuat kita sebagai pribadi yang
selalu mawas diri dan bergantung sepenuhnya pada kemurahanNya.
Selain
itu untuk bisa menjalani perlombaan dan memenangkannya, kita juga harus
memfokuskan diri pada setiap potensi yang sudah ada pada kita. Kita ada
hari ini diakibatkan hasil reaksi kita dari apa yang terjadi di
hari-hari yang telah lewat. Dan itulah yang membuat kita semakin unik
dan punya kemampuan untuk mempengaruhi sekitar kita. Alih-alih
menggerutu terhadap apa yang orang lain miliki, lebih baik memusatkan
seluruh energi, hasrat, dan cinta kita kepada sesuatu yang hanya
dimiliki oleh kita. Ketimbang duduk diam dan menyesali sebuah kehidupan
yang terus berjalan, mari kita bangkit menyadari bahwa kita bisa
melakukan sesuatu. Bahwa kemenangan bukanlah sesuatu yang mustahil bagi
orang yang tekun menjalani perlombaan hidupnya.
Itulah persepsi yang benar tentang hidup. Semoga esok, kita semakin arif menyikapi hidup yang kelewat singkat ini.
Selamat hidup…